Lukas 17:7-10 | Cuma Hamba kok Bossy

Renungan Khotbah Tafsir Lukas 17:7-10 Ingat lho, suaminya ibu itu bukan bos nya ibu. Atau sebaliknya, istrinya bapak itu bukan bos nya bapak.
Lukas 17:7-10

Cuma Hamba kok Bossy — Bossy artinya senang memerintah, mengatur, dan mengontrol orang lain, padahal dirinya bukan Bos (Tuan).

Srimulat

Kita sering menemukan pola bossy ini dalam candaan lama yang dibawakan dalam Srimulat atau film lawak lainnya.

Misalnya ada seorang asisten rumah tangga yang berperilaku seperti tuan dan nyonya rumahnya menerima tamu di saat tuan dan nyonya rumahnya sedang tidak ada di rumah.

Kemudian tiba-tiba ketahuan tuan dan nyonya rumahnya dan tawa pun tercipta.

Srimulat Masuk Gereja

Dalam kehidupan bergereja, kita pun sudah sering bertemu dengan istilah yang berkebalikan dengan sikap bossy, yaitu tentang pelayan yang meng-hamba.

Siapakah pelayan itu? Kita semuaa. Termasuk Pendeta dan Penatua dan seluruh keluarga jemaat tanpa terkecuali. Lalu siapa Bos kita? Tuhan.

Tetapi bagaimana membayangkannya bila dalam kehidupan gereja, kita menemukan sikap mem-bossy seperti yang ada dalam cerita Srimulat?

Kalau di Srimulat kan itu mah cuma cerita rekaan yang dibuat untuk menciptakan tawa. Tetapi bila hal itu terjadi dalam kehidupan keseharian kita di tengah jemaat atau keluarga, bagaimana dong?

Job Desk

Perikop yang kita baca hari ini mengisahkan tentang Yesus yang menceritakan tentang “normalnya” kehidupan antara tuan dengan para hambanya.
Lukas 17:7-10
Tuan dan hamba
17:7 "Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan!
17:8 Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum.
17:9 Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya?
17:10 Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan."

Gambarannya jelas: Hamba yang tidak mengeluh dengan perintah tuannya. Hamba yang melayani dengan sepenuh hati kepada tuannya.

Atau bahkan sampai pada hamba yang paham bahwa tuannya tidak perlu berterima kasih kepadanya karena apa yang menjadi “job-desk” pekerjaan dirinya sebagai hamba.

Terlebih, tentang gambaran, “Kalau hamba ya makan belakangan dong.” (Jadi kalau besok-besok ada jamuan santap malam sesudah KRT - Kebaktian Rumah Tangga, pendeta makan paling belakangan ya. Heuhe ... ).

Cuma Hamba, jangan Bossy lah!

Sikap hamba yang sempurna terhadap pelayanannya kepada tuannya.

Jujur saja, bukankah gambaran yang seperti itu yang seharusnya ada di dalam kehidupan kita sebagai keluarga atau bahkan gereja.

Ingat lho, suaminya ibu itu bukan bos nya ibu. Atau sebaliknya, istrinya bapak itu bukan bos nya bapak. Atau Pendeta itu bukan bos nya jemaat. Atau sebaliknya, jemaat itu bukan boss nya pendetanya.

Kenapa? Karena setiap kita justru memiliki tugas melayani kepada “Tuan” yang sama, yaitu: Tuhan.

Bayangkan betapa indahnya kehidupan bersama kita bila kita semua mengingat bahwa kita semua melayani “tuan” yang sama. Kita benar-benar setara.

Saya menjadi suami atau istri yang baik yang melayani karena Tuhan memang memerintahkan saya untuk melakukan hal itu.

Saya menjadi pelayan Tuhan di jemaat dan (misalnya) dikritik sana sini oleh jemaat. Ya wajar, namanya juga kita ini pelayan. Karena kita semua menginginkan atau merindukan kehidupan yang saling melayani dan membawa kebaikan bagi semua untuk kemuliaan Tuhan, sang Tuan kita.

Berbahagialah kita bila dalam keseharian kehidupan kita, kita semua disertai oleh orang-orang yang sama-sama mau melayani Sang Tuan (yaitu Tuhan).

Sambil tetap selalu mengingat bahwa kita ini ya memang cuma hamba yang melayani di tengah kehidupan keluarga atau di tengah kehidupan keluarga jemaat kita.

Sharing
Apa yang perlu diingat oleh setiap orang agar ia bisa menghalau sikap bossy dalam keseharian hidupnya?

Tuhan mempunyai tiga macam hamba di dunia ini. Beberapa adalah ‘budak’ – yang melayani Dia karena takut. Yang lain adalah ‘orang bayaran’ – yang melayani untuk upah. Yang terakhir adalah ‘anak-anak’ – yang melayani karena mereka mengasihi Dia. (Uskup Agung Secker)

You may like these posts

  1. To insert a code use <i rel="pre">code_here</i>
  2. To insert a quote use <b rel="quote">your_qoute</b>
  3. To insert a picture use <i rel="image">url_image_here</i>