Markus 1:1-11 | Kuy, Tabot

Markus 1

Kuy, Tabot — Kuy, Tabot. Bapak dan ibu ngeuh gak maksudnya tema kita saat ini apa? Kalau anak muda pasti ngeuh ya? Itu kan bahasanya anak muda.

Bacanya harus dibalik. Kuy, Tobat. Dibalik: Yuk, Tobat.

Ah bahasa anak muda mah banyak yang aneh-aneh. Kebolak-balik salah pun hayu aja mereka mah. Contoh lainnya ada yang sering dengar kata woles?

Saya awalnya dengar kata kuy, woles ini gak ngerti lho saya. Apa sih maksudnya kuy, woles.

Oh, ternyata bacanya dibalik. Yuk, Selow (dari kata slow, diindonesiakan: selow, terus dibalik jadinya woles). Nah, itulah.
Markus 1:1-11
Yohanes Pembabtis
1:1 Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah.
1:2 Seperti ada tertulis dalam kitab nabi Yesaya: "Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan bagi-Mu;
1:3 ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya",
1:4 demikianlah Yohanes Pembaptis tampil di padang gurun dan menyerukan: "Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu."
1:5 Lalu datanglah kepadanya orang-orang dari seluruh daerah Yudea dan semua penduduk Yerusalem, dan sambil mengaku dosanya mereka dibaptis di sungai Yordan.
1:6 Yohanes memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, dan makanannya belalang dan madu hutan.
1:7 Inilah yang diberitakannya: "Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak.
1:8 Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus."

Yesus dibaptis Yohanes
1:9 Pada waktu itu datanglah Yesus dari Nazaret di tanah Galilea, dan Ia dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes.
1:10 Pada saat Ia keluar dari air, Ia melihat langit terkoyak, dan Roh seperti burung merpati turun ke atas-Nya.
1:11 Lalu terdengarlah suara dari sorga: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan."

Dosa dan Tobat

Saya sengaja mengawali renungan kita hari ini tentang pertobatan yang sejati dengan gambaran kata gaul tadi karena itu adalah gambaran yang paling nyata tentang bagaimana seseorang bisa bertobat.

Kata tobat dalam Markus 1:4 menggunakan kata Yunani: metanoia, yang arti harafiahnya adalah perubahan pikiran dan juga pembalikan arah.

Persis seperti cara baca kata tadi.

Yuk (dari kata ayo), ini benar.
Lalu dibalik jadi salah: Kuy.

Bagaimana caranya supaya jadi benar kembali?

Ya mudah saja: diubah lagi, dibalik lagi saja kata tersebut sehingga kembali ke asal kata yang sebenarnya.

Mudah kan?

Terlanjur Nyaman?

Akan tetapi kadang orang sudah kadung (terlanjur) nyaman dengan bahasa-bahasa gaul seperti itu yang sebenarnya tidak tepat sasaran itu. Menariknya, kata dosa dalam pengertian Alkitab, hamartia dalam Markus 1:5, arti harafiahnya adalah tidak tepat sasaran, salah arah.

Kadung nyaman akhirnya keterusan dijalanin.

Menggunakan bahasa gaul, kata gaul yang tidak sesuai dengan tata bahasa Indonesia yang baik dan benar, tidak dosa.

Beda halnya dengan menjalani kehidupan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah, dan kita kadung nyaman di jalan yang tidak seharusnya itu, itu lah dosa, tidak tepat sasaran, salah arah.

Oleh karena itu hari ini saya mau mengajak kita untuk merenungkan arti pertobatan yang sejati berdasarkan perikop kita dari dua ayat ini

Saya punya gambar untuk membantu kita membayangkan lebih konkret Markus 1:4 dan Markus 1:5

Di padang gurun.

yohanes pembabtis di padang gurun

Awalnya saya kepikiran mengapa ke padang gurun? Bukannya padang gurun adalah tempat yang sepi?

Ya benar, padang gurun tempat yang sepi. Tapi juga sekaligus tempat persembunyian orang-orang yang melarikan diri dari keramaian kota (lihat misalnya Kis. 21:38, pengacau-pengacau yang bersembunyi di padang gurun).

Gambar kedua, di sungai Yordan.

yohanes pembabtis di sungai Yordan

Dua tempat yang berbeda ya.

Kenapa saya menunjukkan hal itu? Karena biasanya orang akan berpikir bahwa jarak waktu dari ayat ke 4 ke ayat ke 5, waktunya akan secepat itu.

Mentang-mentang hanya beda satu ayat, lalu kita berpikir bahwa setelah Yohanes mengajak orang untuk tobat dan dibabtis, langsung otomatis dengan segera pada saat itu juga mau tobat dan memberi diri mereka dibabtis.

Bagus kalau memang ada yang secepat itu dalam menjalani pertobatan, tapi dalam perikop kita hari ini ayat 4-5, sepertinya tidak dalam waktu yang sesingkat itu.

Yohanes berseru tentang pertobatan, ajak orang untuk tobat dan dibabtis. Kemudian orang mendengar hal itu, menimbang-nimbang, menggumuli hal itu (di sini mereka akan membandingkan nyamannya dosa dengan ketidaknyamanan tobat).

Baru setelah itu semua, seseorang akan memutuskan tobat atau tetap nyaman di jalan yang salah?

Yohanes Pembabtis kan tidak hanya membabtis di kejadian yang dinyatakan dalam perikop kita hari ini saja.


Saya sih kebayang begini: Ada seorang yang dengar seruan pertobatan dari Yohanes Pembabtis di padang gurun dalam konteks Markus 1:4 tadi. Mereka dengar, mereka menggumulinya dan di ayat 5, mereka tidak ada saat itu karena mereka masih belum tobat di situ.

Baru di kemudian hari, saat Yohanes Pembabtis menyerukan (lihat misalnya di Yoh. 3:23 Akan tetapi Yohanespun membaptis juga di Ainon, dekat Salim, sebab di situ banyak air, dan orang-orang datang ke situ untuk dibaptis,), di saat itulah orang tersebut baru memberikan dirinya untuk dibaptis dan bertobat.

Proses Tobat

Maksud saya adalah pertobatan adalah sebuah proses perjalanan untuk kembali ke arah yang benar. Proses yang seringkali tidak sesingkat dan secepat kilat itu.

Bersyukur kalau memang ada prosesnya yang secepat kilat itu, misalnya seperti orang-orang Niniwe saat diserukan tobat oleh Yunus atau tentang pertobatan Saulus.

Akan tetapi kan banyak juga orang yang membutuhkan proses dalam waktu yang lebi lama juga.

Dia perlu diingatkan terus.
Dia perlu diajak terus.
Dia perlu disemangati terus.
Dia perlu didoakan terus.

Hingga akhirnya, dia mau untuk berbalik arah, tobat.

Teman yang Setia

Yang dia butuhkan adalah teman seperjalanan yang menopang dan mengingatkan. Teman, bukan hakim yang mengadili.

Bersyukurlah di dalam Kristus kita memiliki Teman yang setia dalam perjalanan hidup kita.

Yesus berkata, Aku datang untuk menyelamatkan, bukan untuk menghakimi (Yoh. 12:47).

Semoga di dalam kehidupan kita, kita memiliki teman-teman, keluarga yang benar-benar mencerminkan kasih Kristus yang meraih segala keberadaan diri kita.

Mereka yang tidak jemu-jemu mengajak kita untuk mau memperbaharui diri kita menjadi lebih baik lagi tiap-tiap waktu dan kita hidup dalam pertobatan yang sejati.

Kasihilah pendosa, tetapi bencilah dosa. (Agustinus dari Hippo)

You may like these posts

  1. To insert a code use <i rel="pre">code_here</i>
  2. To insert a quote use <b rel="quote">your_qoute</b>
  3. To insert a picture use <i rel="image">url_image_here</i>