Keluaran 17:1-7 | Malu di Hadapan Allah

Renungan Khotbah Tafsir Ulangan 17:1-7 Mengapa lebih banyak kisah bangsa Israel yang jelek di Alkitab daripada kisah bangsa Israel yang bagus?
Ulangan 17:1-7

Malu di Hadapan Tuhan — Syalom bapak dan ibu semuanya. Membaca perikop kita hari ini, kita benar-benar sudah tidak asing lagi dengan sikap dan perilaku orang Israel.

Apalagi perikop kita berada di masa ketika orang-orang Israel sedang berjalan menuju Tanah Perjanjian melalui padang gurun.

Kita tahu bahwa periode itu adalah saat di mana bangsa Israel diingatkan bahwa mereka itu lebih sering “terjatuh” daripada Israel yang dipuji karena taat, patuh atau apalah yang baik-baik itu.

Mengeluh

Coba kalau kita ingat perjalanan bangsa Israel di padang gurun. Apa yang bisa kita ingat? Di kebaktian minggu yang lalu, persoalan tidak ada makanan.

Minggu ini tentang, Keluaran 17:1-7, tidak ada minuman.

Nanti di depan sana (saat bangsa Israel menunggu Musa yang naik ke gunung menerima perintah Tuhan), Israel pun terjatuh dalam penyembahan anak lembu emas.

Lebih banyak kita diingatkan tentang jatuh-jatuhnya Israel daripada yang baik-baik tentang Israel.

Bapak dan ibu pernah kepikiran gak kenapa isi Alkitab kita lebih banyak dipenuhi dengan kisah kisah tentang “kejatuhan” bangsa Israel daripada mengisahkan tentang yang baik-baik akan orang Israel?

Ada yang bagus-bagus, tapi jauh lebih banyak seperti yang tertulis dalam perikop kita hari ini.
Keluaran 17:1-7
Di Masa dan di Meriba
17:1 Kemudian berangkatlah segenap jemaah Israel dari padang gurun Sin, berjalan dari tempat persinggahan ke tempat persinggahan, sesuai dengan titah TUHAN, lalu berkemahlah mereka di Rafidim, tetapi di sana tidak ada air untuk diminum bangsa itu.
17:2 Jadi mulailah mereka itu bertengkar dengan Musa, kata mereka: "Berikanlah air kepada kami, supaya kami dapat minum." Tetapi Musa berkata kepada mereka: "Mengapakah kamu bertengkar dengan aku? Mengapakah kamu mencobai TUHAN?"
17:3 Hauslah bangsa itu akan air di sana; bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa dan berkata: "Mengapa pula engkau memimpin kami keluar dari Mesir, untuk membunuh kami, anak-anak kami dan ternak kami dengan kehausan?"
17:4 Lalu berseru-serulah Musa kepada TUHAN, katanya: "Apakah yang akan kulakukan kepada bangsa ini? Sebentar lagi mereka akan melempari aku dengan batu!"
17:5 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Berjalanlah di depan bangsa itu dan bawalah beserta engkau beberapa orang dari antara para tua-tua Israel; bawalah juga di tanganmu tongkatmu yang kaupakai memukul sungai Nil dan pergilah.
17:6 Maka Aku akan berdiri di sana di depanmu di atas gunung batu di Horeb; haruslah kaupukul gunung batu itu dan dari dalamnya akan keluar air, sehingga bangsa itu dapat minum." Demikianlah diperbuat Musa di depan mata tua-tua Israel.
17:7 Dinamailah tempat itu Masa dan Meriba, oleh karena orang Israel telah bertengkar dan oleh karena mereka telah mencobai TUHAN dengan mengatakan: "Adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau tidak?"

Meragukan

Coba kita bayangkan, kok bisa-bisanya mereka berkata di dalam perikop kita hari ini:

Keluarkan 17:7
Adakah Tuhan di tengah-tengah kita atau tidak?

Pertanyaan macam apa itu?

Setelah perjalanan keluar dari Mesir dengan 10 tulah yang luar biasa itu dan juga berjalan di tengah laut Teberau di tanah yang kering, dan lain-lain, kok masih bisa bertanya seperti itu mereka?

Belajar dari Kisah yang Buruk


Pernah kepikiran tidak kenapa bisa begitu? Kenapa lebih banyak kisah-kisah yang buruk tentang orang Israel daripada yang baik-baik tentang Israel?

Kalau saya yang ditanya pertanyaan itu, saya akan menjawab begini:

Karena justru dari kisah-kisah yang buruk tentang sikap dan perilaku bangsa Israel, dari situ kita segera menyadari bahwa Allah itu tidak pernah meninggalkan perbuatan tanganNya, yaitu kita.

Seburuk apa pun kita
Sejatuh apa pun kita
Seberdosa apa pun kita

DitinggalkanNya? Tidak.
DitolongNya? Iya.
DipulihkanNya? Iya.
DitinggalkanNya? Tidak.

Maka bersyukurlah apabila hari ini kita membaca Alkitab kita dan kemudian menemukan seperti cermin di mana kisah-kisah tentang pengalaman umat Allah di dalam Alkitab juga seakan-akan menunjuk pada keberadaan diri kita di hari ini juga.

Contohnya adalah apa yang kita baca dalam perikop kita hari ini. Sewaktu Israel berkata, Ada Tuhan gak sih sampai kami begini?

Lalu kita pun merespon, kok sama seperti omongan saya dahulu ya sewaktu saya bergumul waktu itu?

Malu di Hadapan Allah

Bersyukurlah karena janji Allah bahwa Dia tidak akan meninggalkan kehidupan kita selalu ditepatiNya.

Misalkan saja, kalau ada orang karena suatu keadaan dia menjadi marah ke Tuhan dan menuduh Tuhan begini-begitu … Namun dalam perjalanan waktu selanjutnya ternyata Tuhan menunjukkan jalan berkatNya pada orang yang marah tadi …

Itu rasanya gak enak lho. Malu dihadapan Tuhan karena ternyata kita salah.

Dan ketika itu terjadi, semoga kita menjadi orang yang semakin bertumbuh dalam pengenalan kita terhadap jalan-jalan Tuhan yang memang tidak mudah untuk kita ketahui, namun kita tahu bahwa Allah yang kita kenal dalam Kristus adalah Allah yang baik adanya.

Tuhan menolong kita.

Allah tidak mengasihi kita karena kita berharga. Kita berharga karena Allah mengasihi kita. (Fulton J. Sheen)

You may like these posts

2 comments

  1. Danimanu
    Keren pak pdt.. saya sngat trinspirasi dr khotbah2 bpak... 👍🙏
  2. Anonymous
    terima kasih pak pendeta....renungan ini membantu saya dalam mempersiapkan bahan untuk mengajar sekolah minggu
  1. To insert a code use <i rel="pre">code_here</i>
  2. To insert a quote use <b rel="quote">your_qoute</b>
  3. To insert a picture use <i rel="image">url_image_here</i>