Lukas 24:36-49 | Saksi tanpa Mata

Renungan Khotbah Tafsir Lukas 24:36-49 — Kesaksian adalah ungkapan dari hati ajak ikut serta mengalami kuasa kebaikan dari-Nya.
Lukas 24:36-49

Saksi tanpa Mata — Syalom bapak dan ibu semuanya. Di hari peringatan Kenaikan Tuhan Yesus ini kita langsung diingatkan tentang salah satu dari Tritugas Panggilan Gereja, yaitu:

Lukas 24:48
Kamu adalah saksi dari semuanya ini.

Menjadi saksi, bersaksi, kesaksian, dari kata Yunani: Marturia, martyres kalau di Lukas 24:48.

Mungkin banyak orang yang berpikir, apa susahnya menjadi saksi? Tinggal ngomong saja, "Tuhan Yesus itu baik, Tuhan pasti menolong kita pasti memulihkan kita."

Kalau memang perkara menjadi saksi semudah itu, mengapa masih ada orang yang enggan untuk menjadi saksi, bersaksi, memberi kesaksian?

Apalagi kalau kita di GKP Tangerang, diminta sharing pas kebaktian keluarga atau kebaktian-kebaktian kategorial, hmmm harus nunggu dulu 30 menit baru mau ada yang ngomong. Ini pun harus dipancing-pancing dulu baru mau ngomong.

Akan tetapi saya memahami, kita semua memahami, bahwa memang bersaksi itu merupakan suatu hal yang sulit dilakukan.

Ada dua hal yang menjadi kesulitan utama ketika kita ingin bersaksi.

Saksi tanpa Mata

Para murid Yesus itukan saksi mata ya. Mereka yang saksi mata (melihat langsung, ada bersama langsung) saja pernah mengalami masa-masa sulit untuk memahami Yesus kok.

Mari kita lihat perikop Alkitab yang menjadi dasar renungan kita hari ini, Lukas 24:36-49
Lukas 24:36-49
Yesus menampakkan diri kepada semua murid
24:36 Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: "Damai sejahtera bagi kamu!"
24:37 Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu.
24:38 Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu?
24:39 Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku."
24:40 Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka.
24:41 Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka: "Adakah padamu makanan di sini?"
24:42 Lalu mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng.
24:43 Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka.
24:44 Ia berkata kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur."
24:45 Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci.
24:46 Kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga,
24:47 dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem.
24:48 Kamu adalah saksi dari semuanya ini.
24:49 Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi."
Mereka yang adalah saksi mata saja baru dikatakan terbuka pikirannya, mengerti kitab suci (Lukas 24:45) ya baru pada saat itu. Setelah mereka hidup kurang lebih 3 tahun bersama-sama dengan Yesus.

Apalagi kita?

Kita kan saksi tanpa mata.

Kita rindu untuk bersaksi tentang Yesus, namun kita juga menyadari penuh bahwa kini kita tidak lagi ada bersama-sama dengan Yesus, melihat Yesus (secara fisik), seperti yang dialami para murid dahulu.

Para murid mah enak ya. Ada badai di tengah laut, tinggal ngomong ke Yesus dan badai pun reda. Ada yang sakit payah, Yesus sembuhkan.

Kita?

Menjadi Saksi dekat dengan Martir

Kesulitan yang terakhir adalah karena bersaksi adalah mengungkapkan kebenaran yang belum tentu dianggap benar oleh orang lain.

Kata Marturia (bersaksi) ini memang sangat dekat dengan kata Martir, artinya mati karena mempertahankan kebenaran yang tidak dianggap benar oleh orang lain.

Contohnya? Stefanus. Bahkan semua murid Yesus menjadi saksi berujung pada mati syahid sebagai martir.

Bapak dan ibu pernah merasakan apa yang menjadi kesaksian bapak dan ibu tidak berdampak apa-apa bagi kehidupan orang lain? Pasti pernah.

Bersaksi dengan Hati

Kalau sudah begitu, dengan kesulitan-kesulitan yang memang nyata tampak di depan mata kita, masihkah ada rindu untuk kita bersaksi bagiNya?

Semoga jawabannya selalu ada kerinduan yang dinyatakan dalam tindakan kesaksian kita dalam keseharian kita.

Karena kesaksian adalah ungkapan dari hati untuk, atau agar, orang-orang lain (terutama yang membutuhkan) juga mengalami kuasa kebaikan yang sama dengan apa yang telah nyata kita alami dan temukan di dalam Yesus yang telah naik ke Surga.

Selebihnya, biarkanlah kekuasaan dari tempat tinggi, Roh Kudus, yang bekerja (Lukas 24:49).

Panggilan Tuhan. Jika bukan Anda, Siapa? Jika bukan di mana Anda ditempatkan, di mana? Jika tidak sekarang, kapan lagi? (H.B. London Jr. & Neil B. Wiseman, Pelayan Allah yang Berjiwa Besar, 353)

You may like these posts

  1. To insert a code use <i rel="pre">code_here</i>
  2. To insert a quote use <b rel="quote">your_qoute</b>
  3. To insert a picture use <i rel="image">url_image_here</i>