Yesaya 6:1-8 | Bukan Manusia Sempurna

Renungan Khotbah Tafsir Yesaya 6:1-8 Persoalan yang sesungguhnya adalah mau atau tidak mau dilayakkan untuk melayaniNya?
Yesaya 6:1-8

Bukan Manusia Sempurna — Ada yang menarik dari panggilan Yesaya dalam perikop yang kita baca hari ini. Ayat pertama sudah dijelaskan bahwa Yesaya berkarya ketika raja Uzia (dari Israel Selatan) wafat.

Meskipun Yesaya berasal dari Israel Selatan, namun berita yang disampaikan oleh Yesaya, juga diperuntukkan bagi orang-orang Israel Utara yang memiliki raja-raja mereka sendiri (lih. Yesaya 1:1).

Menariknya adalah jika kita memerhatikan nama raja-raja Israel Selatan dan Utara dan kondisi yang terjadi saat itu kita bisa menyadari bahwa Israel Selatan cenderung lebih “adem” (pada awalnya) ketimbang Israel Utara di zaman Yesaya hidup.

Mari kita lihat bagan sederhana ini:

Raja Israel Selatan di masa Yesaya hidup: Amazia -> Uzia -> Yotam -> Ahas.

Sedangkan Raja Israel Utara di masa Yesaya hidup: Yerobeam -> Zakharia -> Salum -> Menahem -> Pekahya -> Pekah

Jika kita membaca keterangan dari kitab II Raja-raja pasal 14-16, kita menjadi tahu bahwa Israel Utara sangat ambruk karena dipimpin oleh raja-raja yang berperilaku jahat di mata TUHAN.

Sedangkan di Selatan, meskipun tampak “adem” pada zaman Yesaya mendapat panggilan di perikop kita (pada masa Uzia wafat dan digantikan Yotam), Yotam masih juga dipandang baik walau melakukan “sedikit” yang tidak dikehendaki oleh TUHAN, yaitu: membakar korban bagi TUHAN di bukit-bukit pengorbanan. (lih. II Raja-raja 15:32-37).

Barulah di zaman Ahas, Israel Selatan juga ikutan ambruk karena Ahas menjadi raja Israel Selatan yang jahat pula di mata TUHAN (II Raja-raja 16).
Yesaya 6:1-8
Yesaya mendapat panggilan Allah
6:1 Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci.
6:2 Para Serafim berdiri di sebelah atas-Nya, masing-masing mempunyai enam sayap; dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka dan dua sayap dipakai untuk melayang-layang.
6:3 Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: "Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!"
6:4 Maka bergoyanglah alas ambang pintu disebabkan suara orang yang berseru itu dan rumah itupun penuhlah dengan asap.
6:5 Lalu kataku: "Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam."
6:6 Tetapi seorang dari pada Serafim itu terbang mendapatkan aku; di tangannya ada bara, yang diambilnya dengan sepit dari atas mezbah.
6:7 Ia menyentuhkannya kepada mulutku serta berkata: "Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni."
6:8 Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?" Maka sahutku: "Ini aku, utuslah aku!"
Saya mau mengajak kita untuk melihat satu saja untuk direnungkan bersama. Sama seperti Yesaya, kita semua bukan manusia sempurna (ayat 5).

Membaca kembali latar-belakang perikop kita, yaitu masa pergantian raja Uzia yang wafat ke raja Yotam; Israel Selatan sebenarnya tidak melakukan kesalahan fatal di mata TUHAN, sehingga dalam kitab II Raja-raja 15:32-38, Yotam masih dikategorikan sebagai raja yang baik di mata Tuhan.

Akan tetapi, bagi Yesaya yang memulai karyanya di Israel Selatan, di masa raja Yotam, tetap saja Yesaya berkata bahwa dia ini “seorang yang najis bibir dan tinggal di tengah-tengah bangsa yan najis bibir” (ayat 5).

Jangan lupa, perikop kita masih ada di zaman setelah raja Uzia wafat yang kemudian digantikan oleh raja Yotam. Keduanya masih dinilai baik. Barulah kemudian pengganti raja Yotam, yaitu Ahas, melakukan yang jahat di mata TUHAN (lih. Yesaya 7, II Raja-raja 16:1-20).

Apa yang menarik? Standart tinggi. Saking tingginya (hanya ketidaktepatan “kecil saja”, tentang bukit pengorbanan) membuat Yesaya di masa itu dan hampir semua orang yang dipanggil untuk melayani TUHAN di masa kini (dengan “kesalahan mulai dari yang kecil hingga yang menurut mereka besar” versi masa kini masing-masing) menjadi bersikap persis seperti Yesaya: Aku ini tidak layak, ya TUHAN.

Bapak dan ibu merasa layak melayani TUHAN pada hari ini? Pasti perasaan tidak layak itulah yang membuat banyak orang sulit untuk terjun dalam dunia pelayanan.

Padahal, sebenarnya ini bukan perkara “merasa layak atau tidak layak” di hadapan TUHAN; Sebab tidak akan ada seorangpun yang layak dihadapan TUHAN. Akan tetapi, persoalan yang sesungguhnya adalah bapak dan ibu “mau atau tidak mau” (ayat 6) dilayakkan oleh TUHAN untuk melayaniNya?

Jangan repot-repot memberi perintah kepada Tuhan. Cukup melaporkan diri untuk bertugas. (Corrie ten Boom)

You may like these posts

  1. To insert a code use <i rel="pre">code_here</i>
  2. To insert a quote use <b rel="quote">your_qoute</b>
  3. To insert a picture use <i rel="image">url_image_here</i>