Yohanes 2:1-11 | Yang Terlupakan, Yang Menjadi Saluran Berkat

Yohanes 2:1-11

Yang Terlupakan, Yang Menjadi Saluran Berkat — Masih dalam suasana hari baru di tahun yang baru, kita pasti akan melihat kembali apa yang telah terjadi di sepanjang tahun yang lalu dan mengumpulkan kembali semangat yang baru untuk tetap memandang masa depan yang indah di dalam Tuhan di tahun yang baru ini.

Ada kalanya seseorang dapat menyimpulkan dengan tergesa bahwa dirinya adalah orang "yang terlupakan" oleh Tuhan saat mereka menengok ke belakang (kepada sejarah hidup di tahun yang lalu) dan mendapati bahwa di sana sini yang ada adalah sesuatu yang tidak mengenakkan (pergumulan, pengalaman buruk, kejadian tidak menyenangkan, dll).

Melalui pembacaan Alkitab kita hari ini kita diajak untuk melihat bahwa "mereka yang terlupakan" pun akan selalu punya kesempatan untuk diberdayakan oleh Tuhan untuk menjadi saluran berkat-Nya.

Penjelasan Teks

Tidak ada satupun orang yang mengingatnya kecuali saat kali pertama mereka datang untuk membasuh tangan dan kaki tamu yang kotor setelah berjalan dari rumah masing-masing menuju tempat pesta pernikahan itu. Mereka adalah para pekerja.Bagi orang Yahudi menyediakan tempat untuk membersihkan diri bagi tamu di depan rumah mereka (bnd. Markus 7:4) adalah sebuah kewajiban.

Ketimbang kesibukan para anggota panitia mengurus pesta pernikahan yang biasanya berlangsung selama 7 hari berturut-turut (bdk. Kejadian 29:27; Hakim-hakim 14:15), tugas "mereka yang terlupakan" cenderung mudah. Mereka hanya berdiri, diam dan membiarkan orang-orang mengambil sendiri beberapa gayung air untuk membasuh kaki dan tangan. Ada enam tempayan yang terlupakan dan masing-masing berisi 100 lt air. Enam ratus liter air, cukup untuk membasuh ratusan orang yang hadir saat itu.

Yesus baru saja tiba di Galilea (Yoh. 1:43) setelah menempuh perjalanan panjang dari Betania (Yoh. 1:28). Ia lantas menghadiri sebuah pesta pernikahan di Kana. Natanael, salah satu murid Yesus, mengenal banyak orang karena memang ia berasal dari Kana (lht. Yoh. 21:2, bnd Yoh. 1:49). Demikian pula Maria, ibu Yesus, turut hadir di sana. Ada dugaan bahwa Maria masih memiliki hubungan kerabat dengan keluarga yang mengadakan pesta pernikahan tersebut.


Saat matahari semakin condong ke barat, Maria datang kepada Yesus dan berkata, "Mereka kehabisan anggur". Bagi orang Yahudi menyediakan anggur adalah suatu kewajiban, terlebih dalam pesta pernikahan. Tentunya situasi “kehabisan anggur” akan mempermalukan keluarga yang menyelenggarakan pesta di mata para tamu.

Pastilah terlihat wajah kuatir para pelayan. Mereka bingung dan tentu saja merasa tidak enak untuk membayangkan keluarga akan malu apabila mereka mengetahui mereka telah kehabisan anggur di tengah berlangsungnya acara pesta. Yesus menunjukkan belas kasih-Nya kepada keluarga pemilik pesta. Belas kasih yang mengalahkan rencana awal-Nya saat mengatakan, "saat-Ku belum tiba".

Mungkin Yesus adalah satu-satunya orang yang mengingat "mereka yang terlupakan" saat itu. Di tengah hingar-bingar pesta, Yesus mengingat "mereka yang terlupakan", yaitu para pelayan. Maria memerintahkan para pelayan, "Ikuti saja apa yang Yesus katakan kepada kalian" dan mereka pun melakukan apa yang diperintahkan oleh Yesus. Yesus meminta mereka mengisi hingga penuh keenam tempayan dan menyuruh mereka mencedok air dari dalam tempayan untuk dicicipi pemimpin pesta (ay. 8-10).

Hari itu, bukan hanya para pelayan yang mengetahui kuasa Yesus, pun tidak berhenti kepada para murid. Maria semakin mengenali kemuliaan-Nya. Apalagi "mereka yang terlupakan" yang menyaksikan sendiri bagaimana enam tempayan biasa justru dipakai oleh Tuhan menjadi saluran berkat yang menyelamatkan pesta pernikahan hari itu. “Yang terlupakan” justru yang menjadi saluran berkat. Ternyata, yang biasa-biasa, bahkan yang cenderung terlupakan orang, dapat dipakai oleh Tuhan untuk menjadi saluran berkat-Nya!

Pokok Pikiran

1. Seringkali muncul perasaan “terlupakan” di dalam diri kita, entah itu merasa “dilupakan” oleh Tuhan saat pergumulan dan berbagai kesulitan menyapa hidup ini atau oleh orang lain di sekitar kehidupan kita. Perasaan seperti ini dapat menyebabkan munculnya “energi” negatif yang membuat kita merasa tidak berharga, tidak punya makna dsb.

2. Pada saat yang sama, perasaan “terlupakan” yang sudah membentuk “energi” negatif membuat kita jadi melupakan bagaimana sesungguhnya Tuhan tetap memperhatikan dan mengasihi kita, serta selalu ada bagi kita terutama di saat-saat genting kehidupan ini.

3. Kesadaran bahwa Tuhan tidak pernah melupakan kita, harusnya berlanjut dengan kenyakinan bahwa Tuhan Allah Bapa kita selalu mau menjadikan kita saluran berkat-Nya bagi sesama kita manusia. Tentu saja asalkan kita sendiri mau untuk membuka diri untuk dipakai oleh Allah dan meninggalkan “energi” negatif dari perasaan “terlupakan”.

4. Bisa jadi orang lain mungkin telah melupakan kita dan menjadikan kita “terlupakan” di dalam kehidupan ini, tetapi tidak dengan Tuhan Allah Bapa kita di dalam Yesus Kristus. Allah selalu ingat kita bahkan memakai kita sebagai alat-Nya.

5. Ingatlah setiap orang adalah penting di mata Tuhan. Setiap orang yang membuka dirinya untuk mau dipakai oleh Tuhan Allah, pastilah dipergunakan-Nya sebagai saluran berkat bagi sesama bahkan dengan cara-cara yang luar biasa. (GA)

You may like these posts

  1. To insert a code use <i rel="pre">code_here</i>
  2. To insert a quote use <b rel="quote">your_qoute</b>
  3. To insert a picture use <i rel="image">url_image_here</i>