Mazmur 31:10-11 | Ketika Pasanganku Pergi Lebih Dulu

Mazmur 31:10-11

Ketika Pasanganku Pergi Lebih Dulu — Tidak mudah membahas kenyataan yang mendukakan hati karena seseorang telah kehilangan orang yang dikasihinya karena berpulang lebih dahulu ke rumah Bapa di Sorga. Berapa banyak di antara kita, kaum lansia, yang berada dalam situasi ini: Ketika Pasanganku Pergi Lebih Dulu? Tidak sedikit kaum lansia yang mengalami apa yang menjadi bahasan tema kita sekarang.

Membahas tema ini beresiko bagi seseorang yang masih menyimpan duka yang mendalam karena kehilangan pasangan hidupnya lebih dulu. Seperti luka yang masih terlihat ada, dan sekarang kita mau “mengorek” (menggaruk) luka itu di kala membahas tema kita hari ini. Beresiko: sakitnya bisa muncul kembali, kita bisa menjadi teringat kembali.

Namun, keberanian membahas tema ini juga memungkinkan kita, terutama bagi kaum lansia yang memang telah mengalami “Ketika Pasanganku Pergi Lebih Dulu”, menjadi semakin dikuatkan di dalam Tuhan.

Mazmur 31:10-11
Kasihanilah aku, ya TUHAN, sebab aku merasa sesak; karena sakit hati mengidaplah mataku, meranalah jiwa dan tubuhku. Sebab hidupku habis dalam duka dan tahun-tahun umurku dalam keluh kesah; kekuatanku merosot karena sengsaraku, dan tulang-tulangku menjadi lemah.

Mazmur 31:10-11 dilatarbelakangi oleh rasa duka mendalam yang dialami oleh Daud ketika Tuhan menghukum Daud karena kejadian Istri Uria, yaitu Betsyeba, seperti yang bisa kita baca di 2 Samuel 11:4-17 (dan 2 Samuel 12:1-24) – Lihat penjelasan Pulpit Commentary.

Secara garis besar, Mazmur 31:1-25 adalah doa yang amat pribadi yang mengungkapkan kesusahan dan ratapan karena musuh (ayat Maz. 31:5,9), penyakit (ayat Maz. 31:10-11), dan ditinggalkan teman-teman (ayat Maz. 31:12-14). Yeremia menggunakan anak kalimat dari mazmur ini (ayat Maz. 31:14) untuk mengungkapkan kesedihan dan ketakutannya (bnd. Yer. 6:25; 20:10); Yesus juga mengutipnya (kata-kata pembukaan ayat Maz. 31:6) ketika di salib (Luk. 23:46). Doa ini mengungkapkan jeritan hati semua orang percaya yang menderita kesengsaraan karena penyakit, kesulitan atau penindasan dari dunia atau musuh kebenaran; doa ini menyatakan bahwa pada saat kesukaran hebat kita dapat bersembunyi "dalam naungan wajah-Mu" (ayat Maz. 31:21) (2)

Dari sini kita menyadari bahwa Mazmur 31 memang adalah suatu Mazmur dari seorang Daud yang sedang mengalami (atau sedang mengingat) masa-masa sulitnya (Mazmur 31:1-14). Termasuk di dalamnya, seperti yang sudah dikatakan di awal bahwa ayat 10-11 menyangkut pada rasa duka Daud karena kehilangan orang yang dikasihinya (anaknya).

Sebenarnya apa yang kita baca dari ayat 10-11 adalah hasil dari kedukaan apabila seseorang tidak bisa mendamaikan dirinya dengan apa-apa yang sudah menjadi pilihan Tuhan ketika mengambil seseorang yang dikasihinya pulang ke rumah Bapa di Sorga. Bacalah kembali ayat 10-11, maka disitu kita menemukan apabila seseorang tidak mau keluar dari rasa duka yang mendalam, hal itulah yang boleh jadi di dapatkan mereka juga dalam mengisi keseharian mereka selanjutnya tanpa pasangan hidup yang lebih dahulu berpulang ke Sorga (dalam konteks ayat ini, Daud yang berduka karena kehilangan anaknya, 2 Samuel 12:1-24).

Yang menarik sebetulnya ayat 15-25. Coba kita memerhatikan kata kunci peralihan dari ayat 1-14 yang berisi tentang “keluhan, kedukaan, penderitaan” yang di alami Daud. Namun, sejak ayat 15 Daud mengatakan, “Tetapi aku, kepadaMu aku percaya ...” Di situ terletak perbedaan besarnya. Dari duka yang mendalam beralih menjadi iman pengharapan dan kasih kepada Dia yang mengatur segala sesuatunya untuk kebaikan bagi kita semua.

Tema “Ketika Pasanganku Pergi Lebih Dulu” sangat relevan untuk dibahas dalam kehidupan kita sebagai kaum lansia. Bukan bertujuan untuk “mengorek” kembali luka karena kehilangan orang yang dikasihi, melainkan supaya kita (siapapun yang mengalami itu) menjadi semakin dikuatkan di dalam Tuhan, seperti cara Daud dalam menjelaskan apa yang terjadi bila kedukaan – penderitaan itu tidak bisa lepas dari pikiran dan kehidupan kita.

Pengkhotbah dapat mengulas latar belakang konteks ayat 10-11 terutama berkaitan tentang bagaimana Daud memulihkan diri ketika berhadapan dengan situasi duka karena kehilangan anaknya di 2 Samuel 12:1-24 (terutama ayat 18-23).

Juga bisa menitik-beratkan pada peralihan yang terjadi di dalam Mazmur 31:1-25, yaitu dari ayat 1-14 yang berisi tentang “keluhan, kedukaan, penderitaan” yang di alami Daud. Namun, sejak ayat 15 Daud mengatakan, “Tetapi aku, kepadaMu aku percaya ...” Di situ terletak perbedaan besarnya. Dari duka yang mendalam beralih menjadi iman pengharapan dan kasih kepada Dia yang mengatur segala sesuatunya untuk kebaikan bagi kita semua.

Apabila dengan memanggil pulang pasangan hidup kita adalah yang terbaik dalam rancangan Tuhan bagi pasangan hidup kita, percayalah bahwa di dalam rancangan yang terbaik itu, Tuhan tidak melupakan kita yang mengalami kedukaan karena kehilangan. Tuhan yang akan senantiasa menghibur dan menguatkan mereka yang mengalami kedukaan karena kehilangan orang yang mereka kasihi.

Sharing: Sebagai kaum lansia yang mungkin beberapa di antara kita telah mengalami kehilangan pasangan hidup karena dipanggil lebih dahulu pulang ke Rumah Bapa di Sorga, hal-hal apa yang bisa kita lakukan agar kita dapat melanjutkan kehidupan kita? Ceritakanlah pengalaman (bila ada) peralihan dari situasi duka yang mendalam sampai dipulihkan oleh Tuhan dan dimampukan oleh Tuhan untuk tetap melanjutkan kehidupan (walaupun tanpa pasangan hidup kita) tetap dengan percaya dan berbahagia. Apa yang bisa kita lakukan sebagai persekutuan kaum lansia dalam upaya memulihkan diri (setiap kita) dari situasi duka yang terjadi pada (misalnya) seseorang dari kaum lansia di tengah jemaat kita?

You may like these posts

  1. To insert a code use <i rel="pre">code_here</i>
  2. To insert a quote use <b rel="quote">your_qoute</b>
  3. To insert a picture use <i rel="image">url_image_here</i>