Titus 3:3-7 | Natal Memang Harus Baju Baru

Renungan Khotbah Tafsir Titus 3:3-7 Kenapa Natal harus baju baru? Karena kita mengkondisikannya
Titus 3:3-7

Natal Memang Harus Baju Baru — Sampai dengan hari ini, hampir setiap hari raya (misalnya di kita, Natal atau di saudara sepupu kita, Idul Fitri) selalu identik dengan ... baju baru. Seakan-akan harus baru baju kalau Natal datang. Betul ya ...

Mungin itulah sebabnya di beberapa pengalaman keluarga-keluarga, saat memasuki bulan Desember selain merasakan sukacita, juga ada rasa was-was nya. Ini dananya cukup gak ya untuk semua keperluan seputar Natal? (Baju baru untuk anak-anak, sepatu, pernak-pernik Natal, kue-kue Natal, dll).

Terkondisi

Beberapa minggu yang lalu saya sempat membaca satu teori yang namanya Teori Pengkondisian Klasik Ivan Pavlov. Ini teorinya ...

pengkondisian klasik sebelum dan sesudah

Jangan-jangan Natal cocok dengan teori pengkondisian klasik juga ya. Coba diubah di dalam kolom-kolom tersebut menjadi begini

Ada baju Baru, Anak Ngiler Ada Natal, Anak biasa saja - rutin
Ada Natal + Baju Baru, Anak Ngiler Natal, Anak menjadi ngiler karena tahu pasti akan ada baju baru

Kenapa banyak orang, terutama anak-anak, sekarang kalau Natal tahunya pasti ada baju baru? Ya karena kita mengkondisikannya seperti itu.

Boleh tanya gak? Kecuali anak-anak, siapa orang dewasa yang kalau Natal masih suka cembertu karena gak pake baju baru? Ada? Gak ada kan. Seperti kata lagu: Baju baru alhamdulilah ... gak baru juga gak apa-apa.

Kenapa orang dewasa sudah mulai tidak mempersoalkan lagi masalah baju baru, sepatu baru di hari Natal? (Selain mendahulukan "kebutuhan beli baju baru untuk anak-anak").

Jujur, semua orang tua pasti akan jauh lebih senang apabila anak mereka di hari Natal bisa berkata: "Ma, Pa, aya kita memberi kado buat teman-teman di panti asuhan karena ini hari Natal supaya mereka juga senang" dari pada "Ma, pa, dede mau beli baju baru untuk dede pake di hari Natal".

Kalau dalam pembacaan Alkitab kita hari ini, sebenarnya juga kita berusaha untuk mendapatkan bau yang baru di setiap hari Natal, sebab kita pasti malu kalau bajunya masih sama yang itu itu saja dari tahun ke tahun.
Titus 3:3-7
3:3 Karena dahulu kita juga hidup dalam kejahilan: tidak taat, sesat, menjadi hamba berbagai-bagai nafsu dan keinginan, hidup dalam kejahatan dan kedengkian, keji, saling membenci.
3:4 Tetapi ketika nyata kemurahan Allah, Juruselamat kita, dan kasih-Nya kepada manusia,
3:5 pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus,
3:6 yang sudah dilimpahkan-Nya kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita,
3:7 supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita.

Harus Baju Baru

Akan tetapi jangan salah, bukan baju baru seperti yang dipikirkan oleh anak-anak (yang bener-bener beli baju baru di mall), melainkan mengganti baju kita yang lama yang ada di ayat 3 dengan "baju yang baru".

Titus 3:3 - Karena dahulu kita juga hidup dalam kejahilan: tidak taat, sesat, menjadi hamba berbagai-bagai nafsu dan keinginan, hidup dalam kejahatan dan kedengkian, keji, saling membenci.

Apa kita gak malu dari tahun ke tahun keluarga kita, misalnya, ribut terus gak ada akur-akurnya? Memangnya gak ada keinginan supaya kita punya baru untuk mengganti baju lama yang berlabel "Kristen Napas" itu? Kristen Napas, yang cuma datang di Natal dan Paskah doang.

Berjuang atuh mengganti baju lama yang sudah jelas sia-sia itu menjadi baju baru karena Natal Kristus.

Yang terakhir, saya mau menunjukkan satu video. Real Steel ...


Perkara mengganti baju yang lama (yang ada di Titus 3:3 itu tadi, dan bentuk baju lama yang lainnya yang sia-sia itu) memang bukan perkara yang mudah. Kenapa? Karena musuhnya jauh lebih kuat dari kita.

Namun, justru di dalam kelemahan dan ketidakmampuan kita melawan kuasa yang jahat yang jauh lebih kuat dari kita itulah makna Natal menjadi semakin terasa.

Natal adalah Allah yang sedang menunjukkan kepada kita cara untuk memenangkan pertarungan melawan musuh yang kuat itu (iblis yang mendakwa kita karena keberdosaan kita)

Titus 3:7 - supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita.

Lihat peralihannya kan? Menjadi berhak menerima hidup yang kekal, dari mana (?): dari yang pada awalnya seharusnya binasa karena dosa.

Menurut bapak dan ibu, kebencian ada gak di surga nanti? Yang jahat di surga ada atau gak? Gak ada.

Saya ganti pertanyaannya. Menurut bapak dan ibu, di sorga nanti adakah orang yang dahulunya adalah manusia pembenci tetapi telah diubahkan (mengganti baju lamanya dengan baju yang baru) oleh Kristus menjadi penuh kasih? Adakah orang yang dahulunya jahat tapi sudah berubah jadi baik di surga nanti?

Semoga Natal bukan cuma perayaan tahunan (sekali dalam setahun), tetapi biarlah Kristus lahir di dalam hati dan pikiran kita setiap hari sehingga Dia mengubahkan hati dan pikiran kita dengan apa yang telah Dia perjuangkan melalui Natal-Nya (kehadiranNya).

Raja Damai yang telah datang untuk mendamaikan umat manusia, memberikan kemenangan kekal, kehidupan yang baru, sukacita sorgawi. Inilah yang seharusnya kita kenakan sebagai baju baru buat kita.

Bagi seorang anak, orangtuanya mewakili kehidupan di dunia ini. Dia percaya bahwa cara yang ditunjukkan orang tua mereka dalam mengerjakan segala sesuatu adalah benar dan layak ditiru. (M. Scott Peck)

You may like these posts

  1. To insert a code use <i rel="pre">code_here</i>
  2. To insert a quote use <b rel="quote">your_qoute</b>
  3. To insert a picture use <i rel="image">url_image_here</i>