Galatia 5:1-15 | Merdeka Rasa Hamba

Renungan Khotbah Tafsir Galatia 5:1-15 Saya takutnya apa yang leluhur kita musuhi di masa lalu, justru menjadi "sahabat" bangsa kita hari ini.
Galatia 5:1-15

Merdeka Rasa Hamba — Syalom bapak dan ibu semua. Bagaimana dengan perayaan kemerdekaan hari ini? Selalu ya tiap tahun kita merayakan 17-an dan dengan semangat kita mengatakan: Merdeka! Tahun ini pun jika kita di sini diseru: Merdeka! Pasti kita jawab dengan bersemangat juga: Merdeka!

Saya mau mengajak kita untuk membayangkan apa rasanya menjadi orang-orang yang mungkin ketika diseru: Merdeka! Mereka akan menjawab dengan tidak sesemangat kita. Saya mau menunjukkan beberapa gambar.

harga bbm papua

Dan masih banyak hal lainnya yang lebih sedih lagi apabila kita tiap tahun mengingat bahwa semakin bertambah usia kemerdekaan negeri kita ini.

arti kemerdekaan

Dalam pembukaan UUD 45 bagian paling akhir, "... serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia." Sudah terwujud? Belum.

Berbicara tentang kemerdekaan bangsa kita sebenarnya tak ubahnya berbicara tentang kemerdekaan kita sebagai orang percaya.
Galatia 5:1-15
Kemerdekaan Kristen
5:1 Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.
5:2 Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu: jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu.
5:3 Sekali lagi aku katakan kepada setiap orang yang menyunatkan dirinya, bahwa ia wajib melakukan seluruh hukum Taurat.
5:4 Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia.
5:5 Sebab oleh Roh, dan karena iman, kita menantikan kebenaran yang kita harapkan.
5:6 Sebab bagi orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih.
5:7 Dahulu kamu berlomba dengan baik. Siapakah yang menghalang-halangi kamu, sehingga kamu tidak menuruti kebenaran lagi? 5:8 Ajakan untuk tidak menurutinya lagi bukan datang dari Dia, yang memanggil kamu.
5:9 Sedikit ragi sudah mengkhamirkan seluruh adonan.
5:10 Dalam Tuhan aku yakin tentang kamu, bahwa kamu tidak mempunyai pendirian lain dari pada pendirian ini. Tetapi barangsiapa yang mengacaukan kamu, ia akan menanggung hukumannya, siapapun juga dia.
5:11 Dan lagi aku ini, saudara-saudara, jikalau aku masih memberitakan sunat, mengapakah aku masih dianiaya juga? Sebab kalau demikian, salib bukan batu sandungan lagi.
5:12 Baiklah mereka yang menghasut kamu itu mengebirikan saja dirinya!
5:13 Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.
5:14 Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!"
5:15 Tetapi jikalau kamu saling menggigit dan saling menelan, awaslah, supaya jangan kamu saling membinasakan.
Saya mau mengajak kita untuk merenungkan beberapa hal saja dari perikop Alkitab kita hari ini.

Sudah merdeka, tetapi rasa tetap hamba

Pertama, dari ayat 1.

Galatia 5:1
Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.

Sama seperti bangsa Indonesia sudah bebas merdeka dari penjajah, kita sebagai orang percaya pun sudah dimerdekakan oleh Kristus dari kuk perhambaan dosa.

Akan tetapi, toh tetap saja ada orang-orang yang hidup seperti yang terjadi di dalam perikop kita hari ini: ribut karena sunat, padahal sunat tidak menyelamatkan (ayat 4,6).

Ini mungkin sama seperti cerita ilustrasi tentang orang yang sedang berjalan sambil minggul pikulan yang berat, lalu ada orang naik mobil pick-up, "Pak, sini, naik mobil saja yuu di belakang."

Kemudian naiklah orang itu ke belakang mobil. Pas jalan, supirnya nengok ke belakang, "Lha pak, kenapa masih minggul itu pikulan? Ya mbok ditaruh saja di bak mobilnya biar bapak bisa duduk manis aja." Bapak itupun jawab: "Gak ah mas, takut mobilnya jadi keberatan jalannya".

Yang dahulu dimusuhi, sekarang jangan disahabati.

Yang terakhir, dari ayat 15.

Galatia 5:15
Tetapi jikalau kamu saling menggigit dan saling menelan, awaslah, supaya jangan kamu saling membinasakan.

Saya takutnya apa yang leluhur kita musuhi di masa lalu, justru menjadi "sahabat" bangsa kita hari ini. Jangan salah lho ya, dahulu Tuhan Yesus juga "menggigit dan membinasakan". Tetapi musuhnya itu iblis.

Pahlawan pejuang kemerdekaan kita juga sama, "menggigit dan membinasakan". Tetapi musuhnya itu penjajahan, disintegrasi bangsa, dll yang membuat Indonesia tidak bersatu.

Lha sekarang ini, sedihlah kita kalau di antara kita sendiri saling gigit dan membinasakan apa yang dahulu sudah dimusnahkan oleh pejuang bangsa kita (dan apa yang telah dikalahkan oleh Tuhan Yesus).

Coba lihat kalau ada politikus kita di atas sana yang saling gigit, biasanyakan pada dinasehatin tuh: "Bapak-ibu ini kan negarawan, orang yang berjuang demi kebaikan bangsa. Legowo sajalah demi kepentingan bangsa."

Kita mungkin benar bukan negarawan, akan tetapi bukan berarti kita tidak bisa berjuang untuk mengisi kemerdekaan yang telah diberikan kepada kita hari ini dengan cuma-cuma itu.

Minimal berjuanglah semua cita-cita kemerdekaan yang sebenar itu betul-betul dinyatakan dalam kehidupan keluarga, lingkungan di sekitar kita dan bahkan dalam kehidupan beriman di tengah jemaat hari ini dan seterusnya.

Jika seseorang hanya melakukan apa yang diperintahkan, maka ia adalah budak. Jika seorang melakukan lebih dari yang diminta, maka ia adalah orang merdeka. (Peribahasa China)

You may like these posts

  1. To insert a code use <i rel="pre">code_here</i>
  2. To insert a quote use <b rel="quote">your_qoute</b>
  3. To insert a picture use <i rel="image">url_image_here</i>