Amsal 1:8-10 | Kita adalah Produk Masa Kecil Kita

Renungan Khotbah Tafsir Amsal 1:8-10 Orang dewasa sering menganggap anak-anak kecil itu gak eksis, gak penting.
Amsal 1:8-10

Kita adalah Produk Masa Kecil Kita — Wow, ibadah syukur hari ulangtahun Senia! Selamat ulang tahun ya Senia. Saya kalau mengenang masa-masa kecil itu, terutama saat ultah, selalu keinget pernah dulu dapat kadonya itu banyak sekali.

Tiga karung mainan yang dalam waktu sebulan kemudian rusak semua karena saya mainin. Masa usia belum sekolah rasanya semua itu sukacita. Kalaupun ada nangis, besok juga sudah lupa, ceria lagi.

Masuk ke dunia sekolah.
TK juga sama, bermain sambil belajar. Yang paling diinget pas TK. Ngompol pertama kali di sekolah ya di sini, pulangnya malu. Masuk ke SD, di sini biasanya setiap kita baru kenal yang namanya pergumulan. Hayo bener gak nih?

Pertama kalinya kita diejek oleh orang lain di mana? Ya di SD!

Contoh yang gak boleh lagi ditiru: kata-kataan nama bapak, pasti pernah dong pengalaman ini. Saya? Nambah lagi. Disebut ‘jenong’ (dulu mah saya gak pernah disebut gendut, langsing dulu mah hehe).

Jadi, yang bisa stress itu gak cuma orang dewasa sebenarnya. Anak-anak juga bisa mengalami stress.

Hari ini saya mau mengajak kita untuk melihat sewaktu anak-anak bergumul dengan versi jalan hidup mereka sebagai anak kecil, di situlah peran orang tua, orang dewasa ... ada.

Quality Time di tengah Injury Time

Yang pertama, kedekatan adalah Quality Time di tengah Injury Time.

Amsal 1:8-9
Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu sebab karangan bunga yang indah itu bagi kepalamu, dan suatu kalung bagi lehermu.

Mendengarkan dan didengarkan oleh anak kecil itu butuh kedekatan.

Kadang, persoalan utamanya, orang dewasa itu sering menganggap anak-anak kecil itu gak eksis, gak penting. Dalam Perjanjian Baru, kita tahu bahwa murid-murid pernah menyuruh anak-anak pergi karena dianggap gak penting (Matius 19:13-14).

Padahal, gimana anak-anak mau mendengar kalau kita nya tidak dekat?
Di Priok, saya beberapa kali pernah ketemu dengan kenalan yang anak-anaknya gak dekat dengan orang tua mereka terutama bapak mereka karena berlayar.

Menemukan cara untuk dekat dengan anak selalu menjadi tugas kita.
Khusus untuk keluarga pa Deni, saya suka ngeliatnya, sewaktu seringkali saya ketemu pa Deni sekeluarga siap-siap untuk jalan bareng keluar. Membangun quality time di tengah injury time (waktu yang sedikit karena sibuk kerja). Hebat!

Kita adalah Produk Masa Kecil Kita

Terakhir, ayat 10

Amsal 1:10
Hai anakku, jikalau orang berdosa hendak membujuk engkau, janganlah engkau menurut;

Kita, mau tidak mau – suka atau tidak suka, adalah produk didikan masa kecil kita. Yang berguna untuk, salah satu contohnya disebut dalam ayat 10 ini: melawan jalan yang salah.

Ironisnya, entah seorang anak mendapat didikan dari rumah atau tidak, mereka tetap akan menjadi anak yang terdidik dengan caranya sendiri. Gak dapat pendidikan di rumah, ya mereka dapat dari teman-teman mereka, dapat dari online … makin ngeri sebetulnya ini kita.

Ada contoh yang luarbiasa baik yang bisa kita temukan di dalam Alkitab tentang anak-anak yang berhasil dididik dengan baik. Salah satu contoh yang ada bisa kita lihat di sini,
Yeremia 35:5-10
Di depan anggota-anggota kaum orang Rekhab itu aku meletakkan piala-piala penuh anggur dan cawan-cawan, lalu aku berkata kepada mereka: "Silakan minum anggur!" Tetapi mereka menjawab: "Kami tidak minum anggur, sebab Yonadab bin Rekhab, bapa leluhur kami, telah memberi perintah kepada kami, katanya: Janganlah kamu atau anak-anakmupun minum anggur sampai selama-lamanya;  janganlah kamu mendirikan rumah, janganlah kamu menabur benih; janganlah kamu membuat atau mempunyai kebun anggur, melainkan haruslah kamu diam di kemah-kemah selama hidupmu, supaya lama kamu hidup di tanah, di mana kamu tinggal sebagai orang asing! Kami mentaati suara Yonadab bin Rekhab, bapa leluhur kami dalam segala apa yang diperintahkannya kepada kami, agar kami tidak minum anggur selama hidup kami, yakni kami sendiri, isteri kami, anak-anak lelaki dan anak-anak perempuan kami; agar kami tidak mendirikan rumah-rumah untuk kami diami, tidak mempunyai kebun anggur atau ladang serta benih, melainkan kami diam di kemah-kemah dan taat melakukan tepat seperti yang diperintahkan kepada kami oleh Yonadab, bapa leluhur kami.

Sadar atau tidak, kita masing-masing ikut memikul frustrasi yang dirasakan orang tua. Beberapa peneliti menyatakan bahwa kita bahkan dipengaruhi oleh emosi-emosi ibu kita ketika kita berada dalam rahimnya. (Laurie Beth Jones, The Path, 58)

You may like these posts

  1. To insert a code use <i rel="pre">code_here</i>
  2. To insert a quote use <b rel="quote">your_qoute</b>
  3. To insert a picture use <i rel="image">url_image_here</i>