Kisah Para Rasul 19:1-6 | Bukan Sekadar Aku Percaya

Kisah Para Rasul 19:1-6

Bukan Sekadar Aku Percaya — Pernah tahukah kita bahwa dulu orang Amerika sangat takut terhadap buah tomat, dan menganggapnya beracun serta tidak bisa dimakan, karena tomat masih sekeluarga dengan sejenis tumbuhan beracun (katanya waktu itu).

Namun tentu saja hal itu tidak berlangsung selamanya. Keadaan berubah setelah seorang dokter asal Virginia bernama Dr. Siccary di tahun 1733 berani ‘menantang maut' dengan memakan beberapa buah tomat di depan orang banyak. Masyarakat Amerika kemudian menjadi percaya bahwa tomat tidak beracun dan bahkan memiliki rasa nikmat.

‘Gak nyangka kan ya kita sekarang .. kalau dahulu ternyata buah tomat itu sempat dianggap beracun dan haram di makan oleh orang-orang pada waktu itu. “Berani makan, berani nanggung resikonya lo!” kata mereka dulu.

Menjadi orang percaya, terutama bagi kehidupan jemaat mula-mula pada waktu itu kira-kira menghadapi juga apa yang diperhadapkan oleh Dr. Siccary. Ketika mereka percaya bahwa Kristus adalah Tuhan yang sejati, maka mereka akan berhadapan dengan orang-orang yang menganggap sebaliknya, Kristus itu ‘beracun’ yang bisa mengakibatkan rusaknya keseimbangan persatuan masyarakat di Efesus waktu itu (Lihat Kisah Para Rasul 19:27).
Kisah Para Rasul 19:1-6
Paulus di Efesus
19:1 Ketika Apolos masih di Korintus, Paulus sudah menjelajah daerah-daerah pedalaman dan tiba di Efesus. Di situ didapatinya beberapa orang murid.
19:2 Katanya kepada mereka: "Sudahkah kamu menerima Roh Kudus, ketika kamu menjadi percaya?" Akan tetapi mereka menjawab dia: "Belum, bahkan kami belum pernah mendengar, bahwa ada Roh Kudus."
19:3 Lalu kata Paulus kepada mereka: "Kalau begitu dengan baptisan manakah kamu telah dibaptis?" Jawab mereka: "Dengan baptisan Yohanes."
19:4 Kata Paulus: "Baptisan Yohanes adalah pembaptisan orang yang telah bertobat, dan ia berkata kepada orang banyak, bahwa mereka harus percaya kepada Dia yang datang kemudian dari padanya, yaitu Yesus."
19:5 Ketika mereka mendengar hal itu, mereka memberi diri mereka dibaptis dalam nama Tuhan Yesus.
19:6 Dan ketika Paulus menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat.
Dalam pembacaan Alkitab kita hari ini, Kisah Para Rasul 19:1-6, kita berjumpa dengan beberapa orang murid, yang sama seperti apa yang dilakukan Dr. Siccary pada waktu itu, mereka berani ‘menantang maut’ ... untuk ‘membuktikan’ bahwa Kristus adalah benar-benar Tuhan yang memiliki kuasa! ... atau dalam bahasanya Dr. Siccary, para murid itu mau membuktikan bahwa mereka benar-benar percaya bahwa Kristus bukanlah ‘tomat beracun’ melainkan Kristus adalah ‘Tomat yang menyegarkan jiwa’! (Kisah Para Rasul 19:8).

Dalam kerangka pemahaman yang seperti itulah Paulus berani bertanya kepada para murid waktu itu: “Sudahkah kamu menerima Roh Kudus, ketika kamu menjadi percaya?" Ada sesuatu yang Paulus ingin ajak kepada para murid di Efesus pada waktu itu. Bukan hanya sekadar percaya bahwa Kristus adalah Tuhan yang sejati, tapi juga mewujudnyatakan rasa percaya mereka itu dalam bentuk tindakan iman. Dalam hal ini Paulus mengajak mereka untuk memberi diri dibaptis (Kisah Para Rasul 19:4).


Kehidupan kita sebagai orang percaya di masa kini pun rasanya tidak jauh berbeda tantangannya dengan kehidupan 'mereka' pada waktu itu (di Efesus) ... Ada saja orang-orang yang menganggap "Tomat" itu (baca: Kristus) adalah racun! Tidak boleh di percaya, tidak boleh 'dinikmati', apalagi 'dikonsumsi dan dipublikasi kedahsyatan-Nya!' ...

Sekarang yang tinggal hanya satu, sikap kita sebagai orang yang mengaku percaya kepada "Tomat yang Agung" itu. Apakah kita mampu membuktikan kepada mereka yang masih sangsi bahwa "Tomat yang satu ini" benar-benar sanggup memberikan dan membawa kelegaan dalam kehidupan kita, bila kita mempercayai-Nya.

Sharing: Apa yang bisa kita lakukan sebagai orang percaya untuk mewujudnyatakan rasa percaya kita itu dalam kehidupan sehari-hari? Menurut bapak dan ibu, apakah memang benar bahwa melalui kehidupan kita sebagai orang percaya di masa kini bisa menjadi perpanjangan tangan Tuhan untuk memberitakan Kabar Sukacita-Nya itu? Jelaskan dan beri contoh.

Keragu-raguan adalah iman yang lemah. Ada perbedaan yang menonjol antara keragu-raguan dan ketidak-percayaan. Ketidak-percayaan berkata: “Aku tidak akan percaya!” Tetapi bersikap ragu-ragu, pertama-tama Anda harus memiliki suatu ukuran iman. Keragu-raguan hanya mengisi tempat luang (kosong) yang diabaikan oleh iman. (T. F. Tenney, More Power to You, 24)

You may like these posts

  1. To insert a code use <i rel="pre">code_here</i>
  2. To insert a quote use <b rel="quote">your_qoute</b>
  3. To insert a picture use <i rel="image">url_image_here</i>