Filemon 1 | Menaklukkan Ego Pribadi sebagai Pengikut Kristus

Menaklukkan Ego Pribadi sebagai Pengikut Kristus — Film Gladiator yang dibintangi oleh Russell Crowe bisa membuat kita mendapatkan pengertian lebih tentang bagaimana konteks “dunia perbudakan” yang ada sangat dekat dengan kehidupan jemaat mula-mula.
Salah satu scene nya menceritakan tentang percakapan antara budak yang mengatakan bahwa jika dia mati, maka dia akan menjadi makanan binatang buas peliharaan tuannya. Juga tentang “pasar budak” di mana di situ kita ketahui bahwa budak diperjualbelikan dan harga seorang budak lebih murah daripada harga binatang.
Dengan latar belakang yang tidak jauh dari kondisi itu, yang ada dalam pemahaman masyarakat umum kala itu, kita membaca bahan Alkitab kita sekarang.
Seorang budak bernama Onesimus (Yun: oninemi, artinya “berguna”) melarikan diri dari tuannya yaitu seorang Kristen bernama Filemon (Yun: phileo, artinya “sahabat”)
Penafsir menyebutkan bahwa Onesimus telah melakukan kejahatan dengan mencuri uang sehingga dia melarikan diri.
Kenyataan bahwa Onesimus berjumpa dengan Paulus di penjara, membuat kita bisa mengira Onesimus melakukan tindakan kejahatan lagi dan tertangkap hingga di penjara. Sedangkan Paulus, di penjara bukan karena melakukan tindakan kejahatan, melainkan “di penjara karena Kristus” (ayat 9).
Bila permintaan rasul Paulus diajukan kepada bukan seorang Kristen, artinya kepada masyarakat pagan saat itu, maka apa yang diminta oleh rasul Paulus ini adalah sesuatu yang … apa ya namanya? Sesuatu yang “gak penting banget.”
Bagi masyarakat umum kala itu, budak yang kedapatan berbuat jahat, ya gak usah ribet, “dilembiru” saja, dilempar hukuman (mati) lalu beli budak yang baru.
Paulus meminta, bukan hanya untuk menerima kembali (ayat 15) tetapi lebih dari itu, menerima kembali bukan sebagai budak, melainkan sebagai saudara (Yun: adhelpo – delphus – rahim), yang terkasih (ayat 16); Sebagai saudara yang lahir di rahim yang sama: rahim iman kepada Kristus.
Ada yang menarik dari cara Paulus menggambarkan tentang “pertobatan Onesimus”. Kita telah mengetahui bahwa arti nama Onesimus, dari kata Yunani oninemi (ayat 10) dan di ayat 11, ada kata terjemahan: berguna, namun kata Yunani yang digunakan adalah achreston, dari kata chrestos.
Penafsir mengatakan bahwa kata Chrestos adalah nama umum yang digunakan oleh budak di masa itu.
Barulah di ayat 20, kata yang digunakan untuk kata terjemahan: berguna, adalah onimeni (kata dasar / asal kata nama onesimus) yang ditujukan kepada Filemon.
Onesimus, seorang yang “seharusnya berguna” tapi malah menunjukkan “dirinya tidak berguna” dengan kejahatannya, kini dengan pertobatannya telah menemukan “kebergunaan” dirinya kembali.
Dan Filemon, bukan hanya karena arti namanya adalah “sahabat”, tetapi juga sebagai seorang pengikut Kristus, wajib mengikuti jalan Kristus yang mengatakan bahwa “kita ini bukan lagi budak, melainkan Sahabat-sahabat Kristus” (Yoh. 15:15), dalam kebergunaan dirinya sebagai pengikut Kristus (ayat 20).
Dan untuk melakukan hal itu, di tengah godaan “apa yang dianggap lumrah oleh masyarakat umum tentang hubungan tuan-budak”, sangatlah sulit karena dia harus menundukkan ego pribadinya sebagai pengikut Kristus dihadapan Salib Kristus.
Tantangan menaklukkan ego pribadi sebagai pengikut Kristus akan selalu menemukan bentuk konkretnya di setiap zaman.
Saat seseorang dalam hidup kebersamaan sebagai persekutuan orang percaya (gereja) merasa diri “sebagai tuan – nge-bossy” atas saudara-saudara seiman lainnya dengan memandang status sosial, kekayaan, latar belakang pendidikan, keluarga, dll.
Padahal, sebagai persekutuan orang percaya, kita semua “terlahir dari rahim yang sama”, rahim iman terhadap Kristus sebagai sesama pendosa yang diampuni dan dipanggil bukan lagi sebagai budak/hamba, melainkan kita sebagai sesama Sahabat Kristus.
Manusia lahir dengan membelakangi Allah. Saat ia benar-benar bertobat, ia berbalik dan menghadap Allah. Pertobatan adalah suatu perubahan pikiran. Pertobatan adalah air mata dalam mata iman. (D.L. Moody)