Yesaya 43:1-7 | Tidak Takut Lagi

Renungan Khotbah Tafsir Yesaya 43:1-7 Kebersediaan kita dalam menghadapi ketakutan kita adalah kunci pertumbuhan dan pertambahan kita.
Yesaya 43:1-7

Tidak Takut Lagi — Syalom bapak ibu semuanya. Hari ini saya mau mengajak kita untuk mengingat-ingat waktu kita masih kecil dahulu. Pada usia berapa bapak dan ibu dahulu belajar naik sepeda?

Usia-usia TK sampai awal-awal SD ya?

Dan biasanya proses kita sama semua.

Waktu kita kecil, kita melihat teman-teman kita pada naik sepeda. Kita kepengen juga naik sepeda. Akhirnya dibeliin sepeda dan kita belajar naik sepeda. Jatuh pas belajar, sakit. Sempet takut-takut untuk melanjutkan, tapi kita belajar naik sepeda lagi .. sampai akhirnya kita bisa naik sepeda.

Bisa jadi, pengalaman kita bisa naik sepeda adalah pengalaman pertama kita semua dalam keberhasilan kita menghadapi sesuatu yang menakutkan: takut jatuh, takut sakit.

Dari sana juga kita pertama kali belajar tentang definisi berani.

Berani itu bukan ketiadaan ketakutan. Berani itu tetap maju walaupun takut, sampai akhirnya ketakutan itu tidak lagi menguasai diri kita.

Mari kita lihat kembali pembacaan Alkitab kita hari ini, Yesaya 43:1-7

Yesaya 11:1-10
Allah adalah satu-satunya penebus
43:1 Tetapi sekarang, beginilah firman TUHAN yang menciptakan engkau, hai Yakub, yang membentuk engkau, hai Israel: "Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku.
43:2 Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau.
43:3 Sebab Akulah TUHAN, Allahmu, Yang Mahakudus, Allah Israel, Juruselamatmu. Aku menebus engkau dengan Mesir, dan memberikan Etiopia dan Syeba sebagai gantimu.
43:4 Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau, maka Aku memberikan manusia sebagai gantimu, dan bangsa-bangsa sebagai ganti nyawamu.
43:5 Janganlah takut, sebab Aku ini menyertai engkau, Aku akan mendatangkan anak cucumu dari timur, dan Aku akan menghimpun engkau dari barat.
43:6 Aku akan berkata kepada utara: Berikanlah! dan kepada selatan: Janganlah tahan-tahan! Bawalah anak-anak-Ku laki-laki dari jauh, dan anak-anak-Ku perempuan dari ujung-ujung bumi,
43:7 semua orang yang disebutkan dengan nama-Ku yang Kuciptakan untuk kemuliaan-Ku, yang Kubentuk dan yang juga Kujadikan!"
Betul memang Allah berbicara kepada bangsa Israel yang saat itu sedang menghadapi masa pembuangan di negeri asing. Mereka semua sedang mengalami ketakutan.

Zaman dahulu, bila ada satu bangsa yang kalah perang, sesembahan mereka atau tuhan yang mereka sembah juga akan dianggap kalah oleh tuhan yang disembah oleh bangsa pemenang perang.

Ibaratnya bangsa Israel sedag belajar naik sepeda, eh sepadanya sama dia nya nyusruk masuk got. Luka-luka dan sakit.

Dan tepat di saat bangsa Israel terluka dan sakit seperti itu, Tuhan ngomong seperti yang kita baca dalam perikop kita hari ini, "Jangan takut, naik sepeda lagi, belajar lagi. Nanti pasti bisa."

Menurut bapak dan ibu, kalau kita ketemu sama orang yang lagi belajar sepeda dan baru aja nyusruk jatoh sakit dan kita ajak dia untuk belajar sepeda lagi, dia akan merespon cepat untuk mau belajar lagi?

Kemungkinan besar enggak. Lah baru jatoh kok, masih sakit. Diprotes balik malah nantinya.

Oleh karena itu, sebenarnya saya lebih mengkuatirkan nabi Yesayanya.

Yesaya ini kan sebenarnya seseorang yang takut - pada awalnya. Akan tetapi Yesaya kemudian memberanikan diri untuk menerima panggilan Tuhan untuk berhadapan dengan bangsanya sendiri yang sedang sakit.

Pasti juga mengalami penolakan-penolakan.

Namun Yesaya maju terus sampai pada akhirnya nanti bangsa Isreal benar-benar melihat dan merasakan keselamatan yang datang dari Tuhan.

Hari ini saya mau mengajak kita untuk merenungkan satu hal saja.

Seringkali terjadi, kebersediaan kita dalam menghadapi apa yang kita takutkan adalah kunci utama kita dalam menemukan pertumbuhan dan pertambahan kita.

Dari yang gak bisa menjadi bisa. Ya karena itu tadi, bapak dan ibu bersedia untuk menghadapi apa yang ditakutkan dan akhirnya tidak takut lagi.

Berikan kesempatan Tuhan untuk menyertai kita dalam perjalanan bersama melewati ketakutan-ketakutan kita sehingga dari sana Tuhan bisa menyatakan berkat-berkatNya yang memang telah Ia sediakan untuk kita.

Keberanian adalah rasa takut yang telah disertai dengan doa (Karl Barth)

You may like these posts

  1. To insert a code use <i rel="pre">code_here</i>
  2. To insert a quote use <b rel="quote">your_qoute</b>
  3. To insert a picture use <i rel="image">url_image_here</i>