Yesaya 11:1-10 | Pembawa Damai

Renungan Khotbah Tafsir Yesaya 11:1-10 Iman kita tidak sekedar membahas apa itu damai, tetapi lebih dari itu, siapa itu Damai.
Yesaya 11:1-10

Pembawa Damai — Tema kita hari ini sulit ya. Pembawa damai. Di Indonesia, langsung terpikir oleh kita gak siapa tokoh yang cocok disebut sebagai pembawa damai?

Tokoh Pembawa Damai

Coba dalam hitungan 10, ketemu ga tokoh Indonesia yang menurut bapak dan ibu cocok untuk disebut sebagai orang yang membawa damai?

Bagaimana kita mau ketemu dengan tokoh yang membawa damai kalau setiap hari beritanya kriminal terus? Konfliknya jauh lebih banyak daripada damainya.

Kalau tokoh dunia mah cepet ya ketemunya: Bunda Theresa, Nelson Mandela, Martin Luther King.

Kalau di Indonesia? Ketemu, tapi lama mikirnya kita ... Akhirnya ketemu? Siapa?
Yesaya 11:1-10
Raja Damai yang akan datang
11:1 Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah.
11:2 Roh TUHAN akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan TUHAN;
11:3 ya, kesenangannya ialah takut akan TUHAN. Ia tidak akan menghakimi dengan sekilas pandang saja atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang.
11:4 Tetapi ia akan menghakimi orang-orang lemah dengan keadilan, dan akan menjatuhkan keputusan terhadap orang-orang yang tertindas di negeri dengan kejujuran; ia akan menghajar bumi dengan perkataannya seperti dengan tongkat, dan dengan nafas mulutnya ia akan membunuh orang fasik.
11:5 Ia tidak akan menyimpang dari kebenaran dan kesetiaan, seperti ikat pinggang tetap terikat pada pinggang.
11:6 Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya.
11:7 Lembu dan beruang akan sama-sama makan rumput dan anaknya akan sama-sama berbaring, sedang singa akan makan jerami seperti lembu.
11:8 Anak yang menyusu akan bermain-main dekat liang ular tedung dan anak yang cerai susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak.
11:9 Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh gunung-Ku yang kudus, sebab seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan TUHAN, seperti air laut yang menutupi dasarnya.
11:10 Maka pada waktu itu taruk dari pangkal Isai akan berdiri sebagai panji-panji bagi bangsa-bangsa; dia akan dicari oleh suku-suku bangsa dan tempat kediamannya akan menjadi mulia.
Membaca perikop kita hari ini saya mau mengajak kita untuk merenungkan beberapa hal tentang pembawa damai.

Daerah Konflik

Yang pertama pembawa damai bukan berarti orang yang berada di tempat yang sudah damai. Ada di daerah konflik lebih dahulu, baru bisa dikatakan membawa damai.

Mari kita lihat kembali ayat 6-8.

Yesaya 11:6-8
11:6 Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya.
11:7 Lembu dan beruang akan sama-sama makan rumput dan anaknya akan sama-sama berbaring, sedang singa akan makan jerami seperti lembu.
11:8 Anak yang menyusu akan bermain-main dekat liang ular tedung dan anak yang cerai susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak.

Itu kurang potensial jadi daerah konfliknya bagaimana lagi? Daerah paling konflik ya salah satu contohnya di situ.

Tapi kok bisa damai mereka?

Mengenai tafsir Yesaya 11:6-8 ini beberapa penafsir (Misalnya: Matthew Poole's Commentary) mengingatkan tentang keadaan yang disebutkan dalam Kejadian 1:30.

Kejadian 1:30
Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya.

Suatu kondisi di mana dosa belum merusak kehidupan di bumi.

Kalau berbicara tentang konflik mah, ini bisa dibilang makanan kita tiap hari.

Di rumah, di tempat kerja, di mana-mana semuanya bisa potensial menjadi tempat konflik.

Jadi di sini semua orang, kita, sebenarnya bisa menjadi orang yang membawa damai.

Karakter Pembawa Damai

Yang kedua, kadang orang berpikir bahwa pembawa damai itu orangnya pasti kalem, baik, gak pernah marah ...

Saya mau share sedikit tentang hal ini. Orang yang membawa damai bukan berarti dia gak bisa marah.

Dalam iman kita, Yesaya 11:1-10 mengacu pada nubuat tentang Yesus Kristus. Dan Yesus adalah pembawa damai bagi kita semua.

Boleh tanya?

Memangnya Tuhan Yesus gak pernah marah?

Kadang, ada kedamaian yang memang perjuangannya perlu melalui hal-hal seperti itu: tegas, marah. Tapi untuk kebaikan kedamaian bersama.

Yesus di Bait Allah yang marah pada para pedangang yang berdagang di pelataran bait Allah, contohnya.

Bukan Apa, tetapi Siapa

Yang terakhir, orang boleh saja mencari definisi apa itu damai, di kamus manapun di dunia ini.

Akan tetapi bagi iman Kristen, apa yang dikisahkan dalam Yesaya 11:1-10 ini bukan hanya sekedar apa itu definisi damai.

Yang dibahas dalam Yesaya 11:1-10 adalah siapakah damai itu?

Iman kita tidak sekedar membahas apa itu damai, tetapi lebih dari itu, siapa itu damai?

Dan kita adalah orang-orang yang telah mengenal siapa Dia, sang Damai itu.

Kiranya apa yang telah dilakukan oleh Dia (Yesus) akan selalu memotivasi kita untuk juga menjadi pendamai-pendamai di masa penantian kita akan kedatangan Yesus yang kedua kalinya nanti.

Kedamaian akan ada di dunia jika kekuatan cinta mengalahkan cinta kekuatan. (Anonim)

You may like these posts

  1. To insert a code use <i rel="pre">code_here</i>
  2. To insert a quote use <b rel="quote">your_qoute</b>
  3. To insert a picture use <i rel="image">url_image_here</i>