Lukas 2:8-20 | Natal tanpa Pernak-pernik

Renungan Khotbah Tafsir Lukas 2:8-20 Seindah-indahnya pernak-pernik hiasan Natal yang tampak di depan mata kita akhirnya akan masuk gudang juga.
Lukas 2:8=20

Natal Tanpa Pernak-Pernik — Syalom bapak dan ibu semuanya. Natal di masa pandemi seperti ini, bahkan jauh-jauh hari sebelum bulan Desember, kita semua sudah kepikiran: Bagaimana Natal tahun ini jika pandemi belum berakhir?

Natal Pandemi

Dan akhirnya memang pandemi belum berakhir, Natal tiba.

Kita semua takut dengan gema Natal yang menjadi redup karena pandemi. Takut sepi, gak ada kegiatan apa-apa selain yang memang terjadwal sebagai kebaktian dari Sinodal (Malam Natal dan Natal 25 Desember).

Kita perlu bersyukur di masa raya Natal seperti ini, meskipun pandemi ada, kita bisa tetap melaksanakan kegiatan-kegiatan Natal dengan protokoler. Natal kategorial (lansia, anak dan perempuan) dengan online melalui media zoom atau facebook streaming.

Bahkan perayaan Natal kali ini pun kita tetap melaksanakannya di tanggal 26 Desember nanti dengan format Konser Natal melalui zoom. Salut untuk anak-anak muda kita yang menjadi Panitia Hari Raya Gerejawi yang telah berlelah-lelah dalam menghimpun dan merekam satu per satu setiap kita untuk bisa bernyanyi virtual.

Makna Natal Tanpa Pernak-Pernik

Di malam Natal ini saya mau mengajak kita untuk merenungkan tentang pengandaian ...

Andai Natal dirayakan tanpa pernak-pernik Natal, ... ya pernak-pernik Natal: Sinterklas, Pohon Terang, Kado, hiasan-hiasan Natal lainnya, apakah kita sebagai orang percaya akan kehilangan gema dan makna Natal itu sendiri?

Menurut bapak dan ibu?

Kalau saya yang ditanya, saya akan jawab: tergantung bagaimana orang tersebut memaknai apa itu Natal.

Kalau Natal selama ini hanya dimaknai kemeriahannya dengan segala pernak-pernik Natal yang sudah disebutkan tadi, maka kemungkinan besar orang tersebut akan menganggap Natal tanpa hiasan pernak-pernik nya akan menjadi hambar.

Boleh saya tanya tentang makna Natal bagi bapak dan ibu hari ini?

Panduannya: Isilah titik-titik dalam kalimat di bawah ini.

Natal adalah ... Maka aku ...

Sekedar pembanding saja. Jika pertanyaan itu diajukan kepada anak-anak bapak dan ibu yang ada di Sekolah Minggu, bisa jadi jawaban mereka adalah:

Natal adalah Sinterklas. Maka aku pasti dapat kado.

Jawaban anak-anak, boleh lah kalau anak-anak masih menjawabnya seperti itu. Tapi apakah kita akan menjawab seperti itu juga?

Seindah-indahnya pernak-pernik hiasan Natal yang tampak di depan mata kita (Sinterklas, kado, Pohon Terang, dll), bukankah itu semua hanya akan bertahan paling lama sampai bulan Februari?

Setelah itu? Ya masuk gudang lagi. Dibungkus, dirapikan dan ditaruh di gudang untuk dibuka lagi Desember tahun yang akan datang.

Jika begitu adanya, apa dong yang akan senantiasa terlihat dan nampak setelah kita merayakan Natal?

Natal adalah ...

Berkacalah pada Natal Pertama.

Tanyalah pada mereka yang ada di sekitar Natal Pertama tentang apa makna Natal bagi kehidupan mereka.

Lukas 2:8-20
Gembala-gembala
2:8 Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam.
2:9 Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan.
2:10 Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa:
2:11 Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.
2:12 Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan."
2:13 Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya:
2:14 "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya."
2:15 Setelah malaikat-malaikat itu meninggalkan mereka dan kembali ke sorga, gembala-gembala itu berkata seorang kepada yang lain: "Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita."
2:16 Lalu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu, yang sedang berbaring di dalam palungan.
2:17 Dan ketika mereka melihat-Nya, mereka memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang Anak itu.
2:18 Dan semua orang yang mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala itu kepada mereka.
2:19 Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya.
2:20 Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka.
Dalam perikop kita hari ini, tanyalah pada para gembala di padang yang mendapatkan kabar baik Natal dari para malaikat.

Saya baru tersadar bahwa perjuangan para gembala untuk menjumpai bayi Yesus itu, bila mau dibandingkan ya, jauh lebih membutuhkan usaha daripada apa yang dilakukan oleh orang-orang Majus.

Ya ya, saya mengerti orang Majus datang dari negeri jauh. Akan tetapi mereka memiliki keunggulan karena perjalanan mereka dipandu oleh bintang Timur yang bersinar terang.

Sekarang bandingkan dengan para gembala di perikop kita hari ini. Apa yang memandu langkah mereka dalam menjumpai bayi Yesus?

Perkataan malaikat? Ya, hanya diberitahu gambarannya saja kan: di palungan di Bethlehem.

Alamat lengkapnya? Tidak ada.

Tidak ada malaikat yang menuntun langkah jalan pencarian mereka (ayat 15). Tidak ada juga tanda yang mereka kenali seperti yang dikenali oleh para Majus: bintang Timur.

Menjumpai bayi yang baru lahir di sebuah kandang pastilah bukan apa yang mereka pikirkan sebagai tempat pencarian pertama mereka, iya kan?

Akan tetapi mereka mau tetap melangkah dan mencari untuk menemukan bayi Yesus hingga akhirnya mereka menemukan apa yang mereka cari.

Bila Natal kita maknai sebagai bentuk perjuangan Allah untuk menyelamatkan umat manusia (kita) melalui hadirnya Putera Natal, Yesus Kristus dan ini adalah Kabar Baik Natal itu sendiri ...

Tolong jangan lupakan bahwa ada bagian kita juga, seperti misalnya apa yang dilakukan oleh para gembala dalam perikop kita, untuk menyambut perjuangan Allah tersebut melalui apa yang kita lakukan.

Keputusan pribadi untuk melangkahkan kaki, bergerak, mencari hingga akhirnya menjumpai dan menemui Kristus sehingga melalui perjumpaan tersebut kita bisa memuji dan memuliakan karya penyelamatan Allah di dalam Yesus.

Boleh kita baca satu ayat dalam perikop kita kembali

Lukas 2:20
Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka.

Sesuai.

Apa yang dilihat bersesuaian dengan apa yang didengar (dijanjikan).

Ngomong-ngomong, apakah kita melihat ada pernak-pernik Natal yang dilihat oleh para gembala saat itu?

Tidak ada Sinterklas, tidak ada pohon terang bahkan kado pun tidak ada.

Akan tetapi mereka telah membawa hiasan terindah dalam Natal Pertama itu.

Kehidupan yang diubahkan dalam sukacita, pujian dan penyembahan karena perjumpaan dengan Kristus yang telah lahir ke dunia.

You may like these posts

  1. To insert a code use <i rel="pre">code_here</i>
  2. To insert a quote use <b rel="quote">your_qoute</b>
  3. To insert a picture use <i rel="image">url_image_here</i>