Saved by the Bell

Bagaimana Anda menerjemahkan kalimat “Saved by the Bell”? 
Ungkapan itu biasanya hari ini digunakan orang untuk menunjukkan peristiwa di mana seseorang “terselamatkan oleh karena sebuah keadaan”. 

Tahukah Anda bahwa ungkapan ini bermula pada tahun 1696 ketika seorang penjaga bernama John Hatfield sedang bertugas di Windsor Castle di Inggris. Tugas seorang penjaga dilaksanakan dengan serius di zaman itu, dan pada dasarnya itu berarti tetap waspada.

Namun, Hatfield dituduh tidur di tempat jaganya dan mengabaikan tugasnya. Ia diadili karena tuduhan itu. Akan tetapi, Hitfield kemudian mengajukan pembelaannya dengan pengakuan bahwa dirinya sama sekali tidak tertidur, malah dirinya mengaku mendengar suara lonceng gereja Katedral St. Paul yang jaraknya 20 mil jauhnya dari London berdentang 13 kali. 

Itu adalah pengakuan yang luar biasa, yang dinyatakannya untuk membela diri, dan Hatfield tetap dinyatakan bersalah. Di zaman itu, para penjaga yang kedapatan bersalah karena melalaikan tugasnya terancam hukuman gantung. 

Seseorang yang baik hati atau penasaran – atau mungkin keduanya – merenungkan cukup lama pembelaan Hatfield yang luar biasa itu dan memutuskan untuk menyelidikinya. Orang ini kemudian menemukan bahwa, memang, lonceng di gereja St. Paul itu telah berdentang 13 kali. Ada orang lain di dalam komunitas itu yang juga mendengar dan menghitung 13 dentangan lonceng itu. 

Hukuman Hatfield akhirnya ditunda, dan ia hidup hingga usia 102 tahun. Sesungguhnya, Hatfield benar-benar “Saved by the Bell” (Selamat berkat lonceng). 

Zig Ziglar, Something Else to Smile About, hlm. 237-238.

You may like these posts