Renungan Api Unggun

api unggun
I. Membuka Kegiatan Api Unggun

Sungguh alangkah baiknya, sungguh alangkah indahnya
bila saudara semua hidup rukun bersama (2x)
Seperti minyak di kepala Harun yang ke janggut
dan jubahnya turun
Seperti embun di bukit Hermon mengalir ke bukit Sion
Sebab ke sanalah Allah mem'rintah,
agar berkat-berkat-Nya tercurah
dan memberikan anugerah hidup s'lama-lamanya

(bisa juga menggunakan gerak dan lagu)

II. Bermain

  • Ajak persekutuan untuk bernyanyi lagu “Jalan Serta Yesus”, mengitari api unggun.
  • Peraturan 1: bila bertemu kata jalan, setiap peserta wajib berbalik arah jalannya. -
  • Peraturan 2: bila pemimpin berkata “tangan-ke-tangan 5 orang” maka peserta wajib mencari teman 5 orang sambil berpegangan tangan. (punggung-ke-punggung, kaki-ke-kaki, hidung-kehidung, kepala-ke-kepala, dll)
  • Hukuman buat yang salah.

III. Merenung

Malam ini pasti malam istimewa, malam yang berbeda dibandingkan dengan malam-malam yang lalu. Kita berkumpul, bertemu dengan saudara ... yang jauh .. yang dekat rumahnya ... semuanya pada kumpul ... SERU!! Sukacita ... Gembira!!!

Jadi ingat lagu tadi, yang digubah dari Mazmur 133 – “Sungguh alangkah baiknya, sungguh alangkah indahnya ... bila saudara semua hidup rukun bersama!!” Indah dan baik bila kita sebagai saudara hidup rukun bersama!! Gak ada tengkar-tengkar, tapi damai!
Dari milyaran orang yang ada di dunia ini, Tuhan telah memperkenankan kita untuk menjadi satu di dalam keluarga besar kita! Satu di dalam suka, satu di dalam duka ... susah senang bersama-sama kita lewatinya ... kita tidak pernah sendirian!! Tuhan telah memberikan kita keluarga ... Aku ini keluargamu ... darah dagingmu!
Tetap bersatu menghadapi kerasnya hidup ini ... bersama-sama dengan keluarga kita, bukankah menjadi harapan kita bersama?!
Saya jadi ingat cerita tentang seorang pendeta yang mendatangi anggota jemaatnya yang sudah lama tidak ia lihat bergereja. Ketika sampai di rumahnya, pendeta melihat bapak itu sedang duduk di dekat perapian rumahnya. Sendirian ... tanpa bicara ... Lalu pendeta itu menghampirinya ... sang bapak menyadari bahwa pendetanya datang ... tapi tetap diam ... sang pendeta pun diam ... 10 menit, 30 menit berlalu ... sang pendeta hanya menemani bapak itu tanpa bicara ...
Sampai akhirnya sebelum pendeta itu pulang ... dia mengambil satu bara api dari perapian di dekat bapak itu dan memisahkan bara itu dari perapian ... 5 menit, 10 menit ... tidak lama bara api itu semakin meredup dan meredup ... bara itu hampir mati apinya. Ketika melihat hal itu, pendeta kemudian mengambil bara api yang redup itu dan mengembalikannya ke tungku perapian ...
... bapak ibu, keluarga ibarat persekutuan bara-bara api ini ( --- hampiri api unggun --- ) ... dia akan tetap membara apinya apabila dia berada tetap di dalam kebersamaan ... Akan tetapi, bila dia memisahkan diri dan hanya seorang diri saja ( -- pisahkan satu bara api keluar dari api unggun --- ) ... maka cepat atau lambat dia tidak akan kuat dan mulai meredup.
Hari ini mari kita nyatakan kebersamaan kita ... kerinduan kita untuk tetap bersatu di dalam keluarga yang telah Tuhan percayakan kepada kita ... ( --- setiap peserta telah di berikan satu ranting kayu kecil --- ) ... Mari kita bawa ranting kita kepada api unggun yang menyala ini sebagai symbol bahwa kita adalah satu keluarga di dalam Tuhan.
(sediakan ranting-ranting kecil sejumlah peserta)

You may like these posts

  1. To insert a code use <i rel="pre">code_here</i>
  2. To insert a quote use <b rel="quote">your_qoute</b>
  3. To insert a picture use <i rel="image">url_image_here</i>